Minggu, 22 Mei 2011

PERBEDAAN HARMONISASI DENGAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

PERBEDAAN HARMONISASI DENGAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Dalam akuntansi internasional ada standar yang harus diikuti, tetapi ada permasalahan yang timbul yaitu akuntansi yang dipraktekan di satu negara tentu berbeda dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan karena metode akuntansi yang digunakan dalam satu negara berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan , dan situasi ekonomi dan social yang ada di suatu negara (pendapat ini diperkuat Sofyan Syafri Harahap:2007;116). tapi tidak menutup kemungkinan bahwa suatu negara dapat melakukan transaksi dengan negara lain, sebagai contoh sebuah perusahaan yang berdiri di Singapura memiliki anak perusahaan di Indonesia, tentu pelaporan keuangannya dapat berbeda. Oleh karena itu diperlukan standar akuntansi internasional.
Namun, ternyata standar tersebut justru menimbulkan masalah baru. Adapun permasalahan yang mungkin timbul dengan mengadopsi standar akuntansi internasional adalah sebagai berikut:
a. Penerjemahan standar
IFRS menggunakan bahasa Inggris dan penerjemahan itu sendiri akan mengalami kesulitan di antaranya adanya ketidakkonsistenan dalam penggunaan kalimat bahasa Inggris, penggunaan istilah yang sama untuk menerangkan konsep yang berbeda, dan penggunaan istilah yang tidak terdapat padanannya dalam penerjemahaannya.
b. Ketidaksesuaian antara IFRS dengan hukum nasional
Hal ini terjadi pada beberapa negara standar akuntansi termasuk sebagai bagian dalam hukum nasional, sehingga standar akuntansinya ditulis dalam bahasa hukum, dan di sisi lain IFRS tidak ditulis dalam bahasa hukum, sehingga harus diubah oleh Dewan Standar Akuntansi masing-masing negara.
c. struktur dan kompleksitas standar internasional
IFRS mungkin akan menimbulkan kekhawatiran bahwa standar akan semakin tebal dan kompleks.
Selain menimbulkan permasalahan, IFRS juga memiliki kelebihan. Adapun kelebihan IFRS bagi negara yang menganutnya adalah sebagai berikut:
a. Penghematan waktu dan uang,
Dengan adanya IFRS perusahaan dapat melakukan konsolidasi informasi keuangan dari negara yang berbeda, tanpa memerlukan dua pegawai yaitu yang mengerti standar akuntansi Indonesia dan standar akuntansi negara lain,
b. Dapat melindungi kepentingan masyarakat,
Hal ini disebabkan karena dengan adanya standar yang berbeda maka masyarakat yang mengharapkan keuntungan bisa jadi mengalami kerugian akibat perbedaan perlakuan akuntansi,
c. Ekspansi ekonomi berlangsung dengan cepat,
Dengan adanya standar yang sama maka laporan keuangan di semua negara akan sama, sehingga tidak perlu penyesuaian lagi dan proses analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cepat dan pengambilan keputusan juga lebih cepat, yang pada akhirnya proses ekspansi pun menjadi cepat.
Adopsi IFRS (Standar Akuntansi internasional) telah dilakukan di berbagai negara, misalnya saja di Uni Eropa yang mengharuskan semua perusahaan yang terdaftar di bursa harus menyiapkan laporan keuangan konsolidasi sesuai IFRS (SG-007). Inggris juga memberlakukan standar akuntansi internasional yang menyerupai IFRS diperlukan untuk menghindari masalah tentang perusahaan yang terdaftar dan yang tidak terdaftar di bursa dan IFRS dianggap sebagai suatu tantangan, yang pada akhirnya menyambut baik IFRS untuk mengurangi perbedaan antara standar akuntansi di Inggris dan IFRS (Fearnley dan Hines, 2003)
Sedikit berbeda dengan Standar akuntansi internasional, harmonisasi akuntansi internasional lebih bebas, terbuka, dan fleksibel. Diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh European Commision (EC). Pada tahun 1995 EC mengadopsi pendekatan baru bagi harmonisasi akuntansi yang memperbolehkan penggunaan standar akuntansi internasional untuk perusahaan yang terdaftar di pasar modal internasional.
Harmonisasi standar akuntansi internasional berarti proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi melalui penyusunan batasan berbagai macam perbedaan (Choi,1999). Harmonisasi berarti dapat juga berarti sebagai sekelompok negara yang menyepakati suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak mengikuti standar harus diungkapkan dan direkonsiliasi dengan standar yang disepakati bersama (Arja Sadjiarto, 1999).
Daftar Pustaka
Arja Sadjiarto. 1999. Akuntansi Internasional: Standarisasi Versus Harmonisasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2): 144-161.Surabaya:Universitas Kristen Petra
Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek. 1999. International Accounting. 3th edition. United Stated: Prentice Hall International.
Intan Immanuela. Jurnal: Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional.Madiun:Universitas Widya Mandala
Media Akuntansi, 2005a Jalan Panjang Menuju Standar Akutansi. edisi 46/tahun XII/Juni, 10-11. _______________, 2005b, Menuju Satu Standar Akuntansi Internasional. edisi 46/tahun XII/Juni, 5-6.
Sofyan Syafri Harahap.2007.Teori Akuntansi Ed. Revisi.Medan:Universitas Sumatra Utara.

promotor harmonisasi standar akuntansi internasional

Banyaknya perusahaan yang melakukan operasi bisnis di luar batas negaranya, menunjukkan arah perkembangan operasi bisnis yang bersifat global. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang dilakukan oleh Deloitte Touche Tohmatsu Internasional pada tahun 1992, terhadap 400 perusahaan skala menengah di dua puluh negara maju yang melakukan bisnis di pasar internasional (Iqbal, 1997)
Akuntansi di setiap negara tidaklah sama, oleh karena itu jika ada transaksi yang melibatkan dua negara atau lebih akan mempersulit proses pencatatan, misalnya catatan akuntansi di Indonesia tentu tidak berguna di Amerika. Oleh sbeab itu disusunlah standar akuntansi internasional untuk mempermudah proses pencatatan transaksi. Adapun penyusun standar akuntansi internasional adalah sebagai berikut:
a. Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
Dulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (IASC) merupakan lembaga independen penyusun standar akuntansi. Adapun tujuan dari IASC adalah mengembangkan dan mendorong standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan dapat dibandingkan (Choi et al: 1999)
b. Komisi Masyarakat Eropa (EC)
Merupakan suatu badan penyusun standar akuntansi internasional yang terdiri dari berbagai negara-negara di Eropa. Lembaga ini berusaha untuk menekankan negara-negara anggota untuk menggunakan standar internasional guna memasuki pasar modal pada banyak negara di mana hal ini dapat mengurangi masalah operasional perusahaan multi nasional dalam skala internasional. Pada umumnya penerapan standar akuntansi internasional di Eropa cenderung bertujuan untuk mempermudah perusahaan masuk ke pasar modal di banyak negara khususnya di Amerika Serikat dan negara-negara di mana anak perusahaan itu berada.
c. Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC)
Merupakan salah satu promotor penyusun standar akuntansi internasional yang bertujuan untuk mengembangkan konsesus internasional, penyusunan standar baku untuk melindungi investor, dan pengawasan yang memadai dalam pasar modal.
d. Federasi Akuntansi Internasional (IFAC)
Merupakan salah satu promotor penyusun standar akuntansi internasional yang bertujuan untuk pengembangan profesi dan harmonisasi standar akuntan di seluruh dunia. Guna memberikan jasa yang konsisten dan berkualitas tinggi. (Arja Sadjiarto, 1999)
Selain lembaga-lembaga yang aktif dalam penyusunan standar akuntansi internasional, ada juga lembaga-lembaga yang aktif dalam penyusunan harmonisasi standar akuntansi internasional yaitu:
a. IASC (International Accounting Standar Committee)
Yang didirikan pada tahun 1973. Semula hanya beranggotakan anggota profesi akuntan dari sepuluh negara. Tapi pada tahun 1999 mengalami peningkatan jumlah anggota, menjadi 134 profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Adapun tujuan IASC adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan, menerbitkan, dan standar akuntansi mempromosikannya agar diterima oleh seluruh negara;
2. Bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.
b. Perserikatan Bangsa-Bangsa
c. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).
Lembaga-lembaga yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi standar akuntansi internasional adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan-perusahaan multinasional;
b. Kantor akuntan internasional;
c. Organisasi perdagangan;
d. IOSCO (International Organization of Securities Commisions).

Daftar Pustaka
Arja Sadjiarto. 1999. Akuntansi Internasional: Standarisasi Versus Harmonisasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2): 144-161.Surabaya:Universitas Kristen Petra.
Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek. 1999. International Accounting. 3th edition. United Stated: Prentice Hall International.

Iqbal, M. Zafar, Trini U. Melcher dan Amin E. Elmallah.1997. International
Accounting : A Global Perspective, Cincinnati, Ohio: South-Western College
Publishing

Selasa, 03 Mei 2011

Laporan keuangan berpotensi menyesatkan

Berikut adalah contoh kasus dari laporan keuangan berpotensi menyesatkan. Seharusnya laporan keuangan tidak boleh menyesatkan, tapi harus akurat, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan relevan
Pengelolaan Keuangan Pemkab Barru Terburuk
MAKASSAR – Pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barru dinilai paling buruk di wilayah Sulsel.Salah satu indikatornya, alokasi dana perbantuan APBN turun drastis dari tahun -tahun sebelumnya.

Kesimpulan ini disampaikan pengamat keuangan publik dari Universitas Patria Artha Makassar Bastian Lubis kemarin.Dia mengatakan, dari data yang mereka miliki diketahui dana perbantuan APBN dari kementerian teknis turun drastis pada 2010 ini untuk Pemkab Barru.Padahal, pada 2008, alokasi dana perbantuan Pemkab Barru sebesar Rp13,178 miliar.

Memasuki 2009, dana bantuan untuk Pemkab Barru naik Rp21,117 miliar.Namun,pada 2010 justru terjun bebas dan hanya Rp2,044 miliar.“Lihat saja angkaangka itu.Sangat jauh turunnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya kemarin. Seharusnya alokasi dana bantuan APBN untuk Pemkab Barru naik untuk 2010 ini.

Sebab, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBNP) 2010 ini ada kenaikan. Dengan turunnya dana perbantuan tersebut bisa muncul dugaan buruknya laporan keuangan daerah tersebut.Kedua adalah tidak menutup kemungkinan akan memunculkan dugaan korupsi pada kemudian hari.

“Hal itu bisa saja terjadi karena tidak rapinya laporan keuangan bisa berpotensi korupsi,” tandasnya. Sementara Kepala Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Sulsel Krisdiyanto mengatakan, naik-turunnya dana perbantuan untuk tiap daerah atas banyak pertimbangan.)

http://www.makassarterkini.com/index.php/metro/index.php?option=com_content&view=article&id=789:pengelolaan-keuangan-pemkab-barru-terburuk&catid=44:info-terkini&Itemid=139

Perbedaan akuntansi inflasi di amerika, inggris, dan brazil

Perbedaan akuntansi inflasi di Negara Amerika, Inggris, Brazil
1. Negara Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan Keuangan dan Perubahan Nilai” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
a. Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
b. Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
c. Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inflasi masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
a. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya.
b. Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
c. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
d. Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
e. Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
f. Laba per saham menurut dasar biaya kini
g. Deviden per saham biasa
h. Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
i. Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS perusahaan yang ,engadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut pandang mata uang induk perusahaan.
Akibatnya akun-akun operasi harus ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi AS. Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan sudut pandang mata uang local.
FASB memperbolehkan perusahaan tersebut untuk mengunakan metode translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri terhadap inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi kedalam dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data biaya kini untuk mencerminkan inflasi dapat didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS atau luar negeri.
2. Negara Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan “Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang disesuaikan terhadap inflasi.
Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah
1. Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini, SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
a. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
b. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
c. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik, yaitu
a. Penyesuai modal kerja moneter ( Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA
Mengakui pengaruh perubahan harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam operasinya.
b. Mekanisme Penyesuaian
Memungkinkan pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.
3. Negara Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang local.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter bersihnya.
SUMBER
Choi D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. AKUNTANSI INTERNASIONAL, EDISI 5 BUKU 1. Jakarta : Salemba Empat.
http://khair2120.wordpress.com/category/akuntansi-internasional/

Istilah Akuntansi Inflasi

PENDAHULUAN
AKUNTANSI INFLASI
A. Pengantar
1. Tujuan dan Prinsip Akuntansi
Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Informasi akuntansi yang terjadi pada laporan keuangan perusahaan yang memberikan gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada saat tertentu (neraca) serta hasil usahanya pada periode tertentu (laba rugi).
Penelitian di USA, Inggris, dan NZ (Harahap, 1996) menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan sumber informasi pertama dalam keputusan investasi, memprediksi potensi arus kas yang akan diterima dan dikaitkan dengan ketidakpastian, menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, menilai kemampuan manajemen dalam mencapai tujuan utama perusahaan, dan memberikan informasi yang actual dan interpretative tentang transaksi dan kejadian lainnya.
Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No. 4 (AICPA, 1973) dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Tujuan umum dari laporan keuangan adalah menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima;
b. Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan.
Banyak penelitian dan diskusi yang dilakukan oleh akademisi serta organisasi profesi dalam melakukan penyempurnaan untuk meningkatkan nilai, kualitas, dan relevansi dari laporan keuangan itu. Adapun kendala yang dihadapi untuk mencapai tujuan ini yaitu:
a. Konflik yang terdapat dalam tujuan kualitas itu sendiri;
b. Pengaruh lingkungan;
c. Kurangnya pemahaman yang lengkap mengenai tujuan itu.
Historical cost merupakan dasar untuk melakukan penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa, biaya, harga pokok, dan equity. Dalam system historical cost setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan, laba direalisasikan dengan perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan dengan biaya yang direalisasikan, di mana biaya tersebut merupakan pengorbanan yang diharapkan tidak mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Adapun keunggulan dari system ini adalah sebagai berikut:
a. Hasil pencatatannya dapat ditelusuri, diidentifikasikan bila perlu.
b. Data yang diberikan kurang diperselisihkan dibanding metode lain yang diajukan.
c. Tidak menyajikan holding gain dan loss.
d. Data yang diberikan berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajer dan investor
e. Metode ini murah dilihat dari biaya pencatatan, biaya pelaporan, auditing, dan penyelesaian perselisihan.
Stable Monetary Unit juga merupakan salah satu dari prinsip dasar akuntansi yang menyatakan bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Conservatism merupakan prinsip di mana nilai yang dicantumkan di laporan keuangan adalah nilai yang terbesar resiko ruginya, mencatat indikasi rugi, walaupun belum terjadi dan tidak mencatat indikasi laba yang belum terealisasi. Prinsip ini melahirkan situasi di mana informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan tidak sesuai dengan kenyataannya.

Dewasa ini metode historical cost telah kehilangan sebagian besar relevansinya bagi investor. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan besar dalam perekonomian, beralih dari perekonomian industrial ke perekonomian berteknologi tinggi dan berorientasi jasa. Pengukuran yang dilakukan akuntansi adalah pengukuran yang menggunakan uang yang berkaitan dengan pengukuran kekayaan dan kewajiban ekonimi serta perubahannya. Sedangkan nilai dari aktiva yang tidak berwujud tidak terjangkau oleh pengukuran akuntansi. Metode yang digunakan menurut APB Statement No. 4 (AICPA, 1970) adalah:
a. Current purchase exchange yaitu harga pertukaran pembelian sekarang digunakan.
b. Current sale exchange yaitu harga perjualan pertukaran sekarang yang dapat digunakan.
c. Future exchange yaitu harga didasarkan pada pertukaran di masa yang akan datang
Menurut Trueblood committee mengemukakan tentang current cost sebagai berikut:
a. Exit value yaitu penilaian berdasarkan jumlah yang akan diterima atau dibayarkan sekarang sebagai akibat dari tindakan likuidasi.
b. Current replacement cost yaitu nilai berdasarkan harga asset dan kewajiban sekarang yang dimiliki kapasitas dan kemampuan jasa yang sama
c. Discounted cash flows yaitu asset dan kewajiban dinilai dengan cara mendiskontokan seluruh arus kas yang diharapkan pada tingkat tertentu yang menggambarkan nilai waktu dan resiko.
2. Valuation Method Book Value vs Market Value
Nilai buku suatu perusahaan merupakan konsep dari akuntansi konvensional yang secara sederhana dapat dihitung secara menyeluruh atau per saham. Dapat dihitung dengan rumus:
BV per saham = Total asset-total liabilities
Jumlah saham yang beredar
Para analis sering menggunakan nilai buku sebagai pengganti nilai likuiditas, misalnya untuk memperkirakan batas bawah harga saham yang ditoleransi, karena dasar nilai buku ini dianggao sebagai batas aman atau ukuran safety plan dalam berinvestasi. Untuk mengukur nilai aktiva lancar penggunaan nilai buku dianggap mudah, namun jika digunakan untuk mengukur nilai aktiva tetap akan menjadi lebih sulit karena nilai bukunya selalu jauh berbeda dengan harga pasarnya.
Menurut White et al (2003), hubungan antara nilai buku dengan market value dapat dipengaruhi oleh sifat assets, accounting reporting method, profitability dan kondisi umum ekonomi. Nilai buku merupakan hasil pilihan metode pelaporan manajemen untuk melaporkan posisi keuangan, revenue, dan expense pada suatu saat dan selama periode tertentu. Seringkali dalam memilih metode pelaporan, seorang manajemen selalu mementingkan kepentingannya dan akibatnya dapat menimbulkan perbedaan antara nilai buku dengan nilai pasar.
Meskipun demikian metode historical cost masih dipraktikan di berbagai Negara dalam penilaian dan pengukuran transaksi. Berikut adalah alasan-alasan yang mendukung historical cost accounting:
a. Historical cost relevan dalam proses pengambilan keputusan ekonomis, karena diperlukan data dari masa lalu.
b. Didasarkan pada transaksi yang sudah pasti dan kejadian yang sebenarnya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan.
c. Diperlukan sepanjang sejarah system ini masih bermanfaat.
d. Konsep yang paling mudah dipahami.
e. Lebih diyakini dapat meminimalisasi subjektivitas dan mengurangi kemungkinan perubahan oleh pihak tertentu.
f. CCA masih dapat dipertanyakan.
g. Soal perubahan harga dapat dilaporkan melalui penyajian data atau laporan suplemen
h. Masih belum cukup bukti dan data untuk menolak akuntansi historis.
B. Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit
Salah satu prinsip dasar akuntansi adalah kesatuan moneter yang dianggap stabil, namun ini dianggap tidak relevan karena di mana saja tidak pernah terjadi ada valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ini menunjukkan bahwa stable monetary unit hanya ada dalam asumsi namun bukan dalam kenyataan. Karena itu muncul usul untuk menggunakan model akuntansi yang lain, salah satunya adalah akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak inflasi atau penurunan nilai beli uang pada laporan keuangan, sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku.






PEMBAHASAN
A. Akuntansi Inflasi
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan laba, penekanannya adalahpada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan, sedangan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan. Adapun metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi sebagai berikut:
1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari:
a. Historical cost;
b. General price level;
c. Replacement cost;
d. Reproduction cost
2. The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri dari:
a. Net realizable value;
b. Selling price;
c. Expexted value.
1. General Price Level
Keuntungan –keuntungan menggunakan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan;
b. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode;
c. Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara lebih baik;
d. Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan yang sudah disesuaikan.
Selain keuntungan atau keunggulan tentu saja sebuah metode juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan-kelemahan dari GPLA adalah sebagai berikut:
a. Inflasi terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda;
b. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan;
c. Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas;
d. Rasio adalah indicator mentah.
2. Current Cost Accounting
Dalam metode pengukuran ini beranggapan bahwa yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk memaksimalkan laba. Oleh karena itu diperlukan jawaban terhadap tiga pertanyaan berikut:
a. Berapa jumlah aktiva yang harus dimiliki pada suatu tanggal tertentu
b. Bagaimana seharusnya bentuk aktiva;
c. Bagaimana aktiva didanai.
Untuk membuat keputusan tentang ketiga pertanyaan di atas, maka manajer perlu merumuskan pengharapan tentang kejadian masa yang akan datang. Manajer biasanya menghadapi masalah apakah ingin mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana menggunakan atau mendanai kegiatan perusahaan. Untuk menjawab ini maka diusulkan perhitungan business profit yang memiliki dua komponen yaitu:
a. Current operating profit
Di mana laba dalam komponen ini adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang dijual dengan harga pokoknya.
b. Realizable cost saving (holding Gain)
Laba dalam komponen ini adalah kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih dimiliki sekarang.
Current cost ada lima bentuk, yaitu:
a. Replacement cost
Yaitu nilai yang diukur saat ini untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Metode ini dikritik dalam hal:
1. Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya
2. Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi lebih rendah dari beban pada historical cost;
3. Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu;
4. Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
b. Reproduction Cost
Metode ini sama dengan replacement cost
c. Net Realizable Value
Yaitu suatu metode di mana harga jual dikurangi taksiran biaya penjualan. Pada masa inflasi NRV lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan harga jual aktiva itu pada awal periode dibandingkan dengan akhir periode.
d. Selling Price
Dalam metode ini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan disusun menurut selling price akan lebih besar daripada net reliazable value dan metode lainnya.
e. Expected value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang sehingga bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding metode lainnya. Hal ini disebabkan karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.

B. Monetary Non-Monetary Items
Monetary item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit yang tetap. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net reliazable value yang akan direalisasikan. Karena nilainya itu menggambarkan nilai sekarang, untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih di masa yang akan datang.
Non-monetary adalah nilai di mana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang.




C. Model Akuntansi
Ada tiga model akuntansi yang dibahas, yaitu:
1. Historical cost accounting;
2. Replacement cost accounting
3. Net reliazable value accounting
Namun sebenarnya ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba, yaitu:
1. Pengukuran menurut unit uang:
a. Historical cost accounting;
b. Replacement cost accounting
c. Net reliazable value accounting
d. Present value accounting
2. Pengukuran menurut uniot tenaga beli (General Price Level)
a. GPL Historical cost accounting
b. GPL Replacement cost accounting
c. GPL Net reliazable value accounting
d. GPL Present value accounting.
Perbedaan ini timbul karena hal di bawah ini:
1. Atribut yang dinilai:
a. Focus penilaian dapat berupa masa lalu (Historical cost), masa kini (replacement cost dan Net reliazable value) dan masa yang akan datang (Present value);
b. Jenis transaksi yang dapat berupa transaksi perolehan atau pembebanan utang (historical cost dan replacement cost) atau penjualan asset dan pembayaran utang (net reliazable value dan present value)
c. Sifat kejadian awalnya di mana historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan juga net reliazable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotetis.
2. Unit of Measure
Ada dua jenis ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut:
a. Unit moneter
Yang menjadi unit pengukur adalah unit uang;
b. Unit daya beli
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda.
D. Penilaian dan Perbandingan Terhadap Model Akuntansi
Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi, model present value tidak diikutsertakan karena memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang;
2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi;
3. Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam menilai asset;
4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual.
Yang menjadi dasar penilaian adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan yang timbuk akibat masalah waktu
Timing error timbul sebagai akibat dari perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.
2. Kesalahan akibat alat ukur
Terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut
3. Kesulitan dalam penafsiran
Laporan keuangan harus dapat dipahami tanpa salah pengertian.
4. Relevansi
Artinya harus bermanfaat bagi para pemakainya khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.




E. Metode Pengukuran Harga Wajar
Metode ini telah berlaku di Amerika sesuai dengan statement No. 157 tentang Fair Value Measurement. Alasan dikeluarkannya statement ini adalah karena fair value merupakan metode pengukuran yang dianggap lebih relevan daripada metode lainnya.
Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau exchange price. Adapun yang dimaksud dengam exchange price adalah harga dari transaksi yang normal antara pelaku pasar yang melaporkan melakukan transaksi yang menyangkut asset dan utang pada kondisi yang paling menguntungkan. Statement ini menekankan bahwa fair value adalah pengukuran berbasis pasar, bukan pengukuran yang spesifik entitas. Oleh karena itu harus ditentukan berdasarkan asumsi pelaku pasar dalam mengukur fair value. Statement ini menetapkan hierarki fair value yang dibedakan, yaitu:
1. Asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan data pasar yang diperoleh dari sumber yang independen dari entitas yang melaporkan;
2. Asumsi dari entitas yang melaporkan tentang asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan informasi yang terbaik yang tersedia dalam situasi itu, maksudnya adalah untuk memungkinkan adanya situasi di mana ada sedikit kegiatan pasar dari asset dan kewajiban pada tanggal pengukuran.
Statement ini menjelaskan bahwa asumsi pelaku pasar termasuk asumsi mengenai resiko. Pengukuran fair value harus memasukkan penyesuaian penyesuaian terhadap resiko. Oleh karena itu pengukuran yang tidak memasukkan penyesuaian resiko tidak menggambarkan pengukuran fair value. Pengukuran fair value untuk asset tertentu, harus mempertimbangkan pengaruh pembatasan itu jika pelaku pasar mempertimbangkan pengaruh pembatasan dalam penilaan asset. Pedoman itu diterapkan untuk stok yang dibatas pada penjualan yang berakhir dalam satu periode setahun yang diukur berdasarkan fair value menurut FASB statement No. 115 dan No. 124 yang menjelaskan bahwa pengukuran fair value untuk kewajiban menggambarkan nonperformance risk yaitu resiko di mana kewajiban tidak terpenuhi sebab nonperformance termasuk risiko kredit entitas yang melaporkan entitas pelapor harus mempertimbangkan pengaruh resiko kredit menurut fair value dari kewajiban di semua periode di mana kewajiban diukur berdasarkan fair value menurut standar akuntansi yang berlaku, termasuk FASB Statement No. 133. Statement ini menyetujui perlunya FASB statement lainnya yang menyatakan bahwa dari suatu posisi dari suatu instrument keuangan termasuk suatu block yang diperdagangkan secara aktif di pasar harus diukur sebesar nilai produk dengan harga yang dicantumkan dari instrument inividu dikali dengan jumlah yang dimiliki. Harga yang dipakai harus disesuaikan sebab size posisi relative pada volume perdagangan. Statement ini memperluas kebutuhan pada broker dealers dan perusahaan investment dalam skop AICPA Audit and Accounting Guides bagi perusahaan tersebut. Statement ini memperluas pengungkapan tentang penggunaan ukuran fair value untuk mengukur asset dan kewajiban periode interim dan tahunan mengikuti pengakuan sebelumnya. Pedoman dalam statement ini berlaku untuk pengukuran instrument derivates dan keuangan lainnya menurut fair value.
Perluasan pengungkapan tentang fair value untuk mengukur asset dan kewajiban harus memberikan informasi yang lebih baik bagi para pemakai laporan tentang batas di mana fair value digunakan untuk mengukur asset dan kewajiban yang diakui. Tujuan dari perubahan yang dilakukan oleh dewan adalah untuk memperluas inisiatifnya untuk menyederhanakan dan memodifikasikan literature akuntansi dan menghilangkan perbedaan yang ada yang menambah kerumitan dalam GAAP.
Keuntungan dalam menggunakan statement ini adalah meningkatnya komparabilitas dari metode pengukuran fair value dan semakin luasnya pengungkapan mengenai pengukuran akan terus bermanfaat.
Statement ini mulai berlaku untuk laporan keuangan yang dikeluarkan pada tahun buku yang berawal setelah 15 November 2007, dan periode berjalan pada tahun fiscal tersebut. Penerapan statement ini harus berlaku secara prospektif sejak awal tahun fiscal di mana statement ini mulai diterapkan. Namun ada dua pengecualian di mana penerapan statement ini harus retrospective. Adapun dua pengecualian itu adalah sebagai berikut:
a. Instrument keuangan yang sudah diukur secara fair value pada awal diakui sesuai statement 133 yang menggunakan harga transaksi sebelum permulaan penerapan statement ini;
b. Instrument keuangan hybrid yang sudah menggunakan fair value pada awal pengakuannya menurut statement 133 sebelum memulai menerapkan statement ini.


KESIMPULAN

Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada pemakainya. Selama ini prinsip yang digunakan adalah stable monetary unit dan conservatism. Namun dewasa ini metode ini dianggap tidak relevan, karena dianggap tidak relevan dengan yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu ada usulan mengenai akuntansi inflasi di mana metode ini berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi historis..
Ada dua metode pengukuran aktiva dan kewajiban yaitu the entry value system dan the exit value system. Selain itu dalam historical cost ada beberapa metode yang dibahas antara lain:
a. General price level di mana dalam metode ini historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL lebih besar daripada nilai historical cost.
b. Current cost accounting yang terdiri dari:
1. Replacement cost;
2. Reproduction cost;
3. Net reliazable value
4. Selling price;
5. Expected value
Monetary item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap. Non monetary item adalah nilai di mana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian.
Ada delapan model akuntansi diantaranya adalah:
a. Pengukuran unit uang yang meliputi:
1. Historical cost accounting
2. Replacement cost accounting
3. Net reliazable value
4. Present value accounting
b. Pengukuran unt tenaga beli
1. GPL historical cost accounting
2. GPL replacement cost accounting
3. GPL net reliazable value
4. GPL present value accounting
Perbedaannya dapat dilihat dari atribut yang dinilai dan ukuran yang dipakai.
Ada metode lain yang juga digunakan yaitu metode pengukuran harga wajar (fair value) yang berlaku di Amerika sejak 15 November 2005 karena dianggap metode pengukuran ini lebih relevan dibanding metode lainnya dan mampu meningkatkan konsistensi dan komparabilitas dari metode pengukuran fair value.

Sumber: Sofyan Syafri Harahap.Teori Akuntansi Edisi Revisi.2007.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada