Senin, 19 April 2010

Tugas

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam suatu perusahaan baik perusahaan dagang maupun manufaktur pasti ingin mendapat laba maksimum dari penjualan yang telah mereka lakukan dalam satu periode akuntansi, untuk itulah mereka melakukan transaksi pembelian. Adapun yang dimaksud dengan pembelian adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mengadakan barang-barang yang dapat dijual kepada konsumen guna mendapatkan keuntungan.
Transaksi pembelian antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur sangatlah berbeda, meskipun tujuan kedua jenis perusahaan tersebut adalah sama, yaitu laba maksimum. Dalam perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan, pengertian dari transaksi pembelian adalah transaksi untuk memenuhi persediaan barang dagangan yang akan dijual kepada konsumen untuk dinikmati secara langsung, di mana barang tersebut tidak mengalami proses perubahan bentuk. Sedangkan dalam perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, transaksi pembelian mengandung pengertian semua jenis transaksi yang dilakukan untuk memenuhi persediaan baik bahan baku dan juga bahan pelengkap untuk memenuhi proses produksi, di mana bahan-bahan tersebut akan mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat digunakan oleh konsumen. Perusahaan manufaktur akan mengutamakan pembelian bahan baku yang berkualitas, untuk menghasilkan bahan jadi yang memenuhi selera konsumen. Pembelian bahan baku dalam perusahaan manufaktur biasa dilakukan karena adanya permintaan dari bagian gudang. Hal ini dapat terjadi karena bagian gudang yang lebih mengetahui apakah persediaan bahan baku masih mencukupi untuk proses produksi atau tidak. Dalam penelitian ini, pembelian yang akan dibahas adalah pembelian dalam perusahaan manufaktur, terutama pembelian untuk memenuhi persediaan bahan baku.
Tersedianya bahan baku dalam sebuah peusahaan ditentukan oleh pembelian yang dilakukan. Tidak semua transaksi pembelian bahan baku dilakukan dengan cara tunai ada juga pembelian yang dilakukan dengan cara kredit atau hutang kepada pihak vendor. Dalam metode pembelian secara kredit, biasanya bagian gudang akan membuat surat pesanan yang ditujukan kepada bagian pembelian. Kemudian bagian pembelian akan mengirimkan surat pesanan kepada vendor.
Transaksi pembelian memiliki sistem pengendalian agar tidak terjadi pembelian yang tidak perlu sehingga mengakibatkan persediaan bertumpuk di gudang. Adapun yang dimaksud dengan sistem adalah sekelompok unsur, komponen, kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan sesuai dengan skema yang menyeluruh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pengendalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengontrol kegiatan agar sesuai dengan rencana awal guna mencapai tujuan tertentu. Adapun pengertian dari akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan interprestasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian akuntansi pembelian adalah sekelompok unsur, komponen, kerangka dari prosedur-prosedur untuk mengendalikan pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan interprestasi dari pengadaan barang-barang yang akan dijual kepada customer.
Dengan adanya sistem pengendalian dalam akuntansi pembelian, maka pihak internal perusahaan dapat menentukan berapa persediaan bahan baku yang benar-benar cukup untuk produksinya, sehingga perusahaan tersebut dapat memperoleh laba maksimum.
Dengan demikian persediaan bahan baku tidak terlalu banyak yang tersimpan di gudang. Persediaan bahan baku yang tersimpan terlalu lama belum tentu masih dalam kondisi yang layak untuk diolah menjadi bahan setengah jadi ataupun bahan jadi.
PT. Wira Tulada Perkasa merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, yaitu mengubah bahan baku menjadi bahan setengah jadi. Perusahaan ini memproduksi bongkahan besi menjadi onderdil motor yang dapat dijual kepada perusahaan perakitan motor. Dalam memenuhi persediaan bahan baku, PT. Wira Tulada Perkasa melakukan pembelian yang berdasarkan pada pesanan dari customer, sehingga persediaan bahan baku tidak terlalu bertumpuk di gudang.
Oleh karena berdasarkan pesanan dari customer, perusahaan ini selalu membeli bahan baku yang berkualitas, hal ini dilakukan untuk membuat produksi yang berkualitas dan terutama adalah untuk menjaga kepercayaan dari customer agar tetap menjadi pelanggan PT. Wira Tulada Perkasa. Namun, karena berdasarkan pesanan customer, maka sistem pengendalian akuntansi pembelian langsung dikendalikan oleh customer. Dengan kata lain perusahaan hanya menerima laporan pembelian bahan baku dari customer tanpa melakukan pembelian secara lansung kepada vendor.
Prosedur pembelian di PT. Wira Tulada Perkasa secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut customer membeli bahan baku yang diinginkan kepada vendor, bahan baku tersebut langsung diantar ke gudang PT. Wira Tulada Perkasa. Setelah itu bahan baku tersebut akan diolah sesuai keinginan customer. Tentu saja saat customer melakukan pembelian bahan baku tersebut, sebelumnya telah melakukan konsultasi mengenai berapa bahan baku yang harus dikirim, dan kemudian pihak customer akan menyerahkan bukti pembelian kepada PT. Wira Tulada Perkasa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis memutuskan untuk melakukan Penelitian Ilmiah dengan judul: “PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN AKUNTANSI PEMBELIAN TERHADAP PERSEDIAAN BAHAN BAKU”

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini, antara lain:
a. Bagaimanakah sistem pengendalian akuntansi pembelian PT. Wira Tulada Perkasa?
b. Bagaimanakah pengaruh dari sistem pengendalian akuntansi pembelian terhadap persediaan bahan baku PT. Wira Tulada Perkasa?
Berdasarakan rumusan tersebut maka penelitian hanya akan dibatasi pada:
a. Sistem pengendalian akuntansi pembelian yang digunakan di PT. Wira Tulada Perkasa.
b. Pengaruh sistem pengendalian akuntansi pembelian terhadap persediaan bahan baku

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui sistem pengendalian yang digunakan oleh PT. Wira Tulada Perkasa,
b. untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian akuntansi pembelian terhadap persediaan bahan baku PT. Wira Tulada Perkasa

1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai sistem pengendalian akuntansi pembelian dan pengaruhnya terhadap persediaan bahan baku.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan baru tentang sistem pengendalian akuntansi pembelian dan pengaruhnya terhadap persediaan bahan baku.

1.5 Metode Penelitian
1. Objek
Objek penelitian adalah PT. Wira Tulada Perkasa yang bertempat di
2. Data
Data penelitian yang akan digunakan adalah data primer, artinya data didapat langsung dari PT. Wira Tulada Perkasa
3. Pengumpulan data
a. Pustaka
Dalam menyusun penelitian, peneliti akan melakukan penelitian melalui buku-buku untuk mendukung penelitian.
b.Lapangan
Peneliti akan langsung bertanya pada pimpinan PT. Wira Tulada Perkasa mengenai seluk-beluk perusahaan tersebut.

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Definisi dari sistem
Dalam kehidupan sehari-hari, kata sistem merupakan kata-kata yang sering kita dengar, misalnya sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem pencernaan. Dalam akuntansi pun ada sistem yang berfungsi untuk mempermudah pencapaian suatu tujuan.
Adapun pengertian dari sistem menurut Mulyadi adalah sekelompok unsur yang berhubungan dengan erat satu dengan lainnya. Menurut ahli lain, sistem adalah sekelompok atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.
Menurut Win Wahyu Winarno sistem adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (Win Wahyu Winarno, 2006). Berdasarkan definisi mengenai sistem dari para ahli dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kesatuan unsur yang terdiri dari subsistem-subsistem yang saling berhubungan, disusun berdasarkan suatu skema yang menyeluruh untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
2.1.2 Definisi Sistem Akuntansi
Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa dalam akuntansi sendiri pun ada suatu sistem yang mengatur pelaksanaan akuntansi itu sendiri. Sistem ini digunakan untuk mempermudah proses akuntansi, perusahaan melakukan sistem akuntansi. Kata akuntansi tentu sudah sering kita dengar, tapi pengertiannya belum tentu dapat kita pahami. Adapun pengertian akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisian data keuangan suatu organisasi. Dengan kata lain sistem akuntansi menurut Haryono Jusup adalah sistem yang terdiri atas dokumen bukti transaksi, alat-alat pencatatan, laporan-laporan dan prosedur-prosedur yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi serta melaporkan hasilnya
Howard F. Settler seperti yang diterjemahkan oleh Zaki Baridwan menyatakan bahwa sistem akuntansi adalah formulir-formulir catatan-catatan, prosedur-prosedur, dan alat-alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan yang diperlukan oleh manajemennya untuk mengawasi usahanya dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, dan lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai operasi Sedangkan menurut Mulyadi sistem akuntansi adalah organisasi formulir catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna mempermudah pengolahan usaha. Definisi yang berbeda mengenai sistem akuntansi diungkapkan oleh Narko, yang menyatakan bahwa sistem akuntansi adalah jaringan yang terdiri dari formulir-formulir, catatan-catatan, prosedur-prosedur, alat-alat, dan sumber daya manusia dalam rangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi untuk keperluan pengawasan operasi maupun untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Narko, 2004)
Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur pokok yang berupa dokumen bukti transaksi formulir, prosedur, catatan, laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan baik untuk manajemen maupun pihak eksternal perusahaan seperti pemegang saham, kreditur, dan juga lembaga-lembaga pemerintah untuk menilai operasi usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan .
2.1.3 Sistem Pengendalian Akuntansi Pembelian Bahan Baku
Tidak ada perusahaan baik perusahaan jasa, industri, maupun perdagangan yang tidak melakukan pembelian dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pembelian merupakan transaksi yang paling sering dilakukan oleh berbagai jenis perusahaan. Adapun pengertian pembelian adalah harga pembelian (harga pokok) barang yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (Alimisyah dan Padji, 2003:450).
Perusahaan manufaktur tentu saja berusaha memenuhi kebutuhan persediaan bahan baku dengan cara melakukan pembelian baik impor maupun lokal. Adapun pengertian dari bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi (Mulyadi, 2000:295). Menurut Alimisyah dan Padji persediaan adalah barang yang dibeli untuk digunakan sebagai operasi perusahaan (Alimisyah dan Padji, 2003:302).
Berdasarkan uraian dari para ahli di atas, maka sistem pengendalian akuntansi pembelian merupakan suatu kesatuan unsur yang terdiri dari dokumen bukti transaksi, formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasikan untuk mencatat dan melaporkan semua transaksi mengenai pembelian yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Sistem ini dilakukan untuk mempermudah pecatatan, pelaporan, dan penganalisian akuntansi terutama dalam akuntansi pembelian.
Dalam melakukan pembelian yang diperuntukkan pemenuhan persediaan bahan baku, perusahaan biasanya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. untuk setiap produk atau variasi produk, insinyur menentukan rute untuk setiap produk, yang merupakan urutan operasi yang akan dilakukan, dan sekaligus daftar bahan baku yang diperlukan.
2. anggaran produksi menyediakan rencana utama, dari mana rincian mengenai kebutuhan bahan baku dikembangkan.
3. bukti permintaan pembelian menginformasikan agen pembelian mengenai jumlah dan jenis bahan baku yang dibutuhkan.
4. pesanan pembelian merupakan kontrak atas jumlah yang harus dikirimkan.
5. laporan penerimaan mengesahkan jumlah yang diterima, dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu.
6. bukti penerimaan bahan baku memberikan wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah tertentu dari bahan baku ke fungsi tertentu pada waktu tertentu.
7. kartu catatan bahan baku yang berfungsi untuk mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran setiap jenis bahan baku dan berguna sebagai catatan persediaan perpetual.
Dalam melakukan pembelian bahan baku tentu diperlukan prosedur-prosedur yang menghubungkan berbagai fungsi di dalam perusahaan itu sendiri, terutama fungsi pembelian. Semua fungsi yang terkait harus dapat saling bekerja sama dengan baik, bagaimana pun juga fungsi-fungsi tersebut mempengaruhi kondisi persediaan bahan baku yang juga berpengaruh besar terhadap proses produksi perusahaan. fungsi tersebut antara lain:
1. fungsi produksi
fungsi produksi merupakan fungsi yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang berhubungan dengan jenis, jumlah, dan kapan bahan tersebut akan diperlukan (Supriyono, 1999:401).
2. fungsi gudang
fungsi gudang merupakan fungsi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku yang akan diproduksi, dan juga bertanggung jawab untuk melakukan pemesanan bila persediaan bahan baku dinyatakan tidak cukup lagi untuk proses produksi.
3. fungsi pembelian
fungsi ini bertanggung jawab penuh untuk menentukan harga dan pemasok yang diperlukan untuk pengadaan persediaan bahan baku. Proses transaksi pembelian yang umum adalah sebagai berikut:
a. fungsi pembelian menerima bukti pembelian atas bahan baku;
b. memiliki informasi mengenai sumber pasokan, harga, dan jadwal pengapalan dan pengantaran;
c. membuat dan menempatkan pesanan pembelian;
d. mengatur pelaporan diantara fungsi pembelian, penerimaan, dan fungsi akuntansi.
4. fungsi penerimaan
fungsi penerimaan bertanggung jawab atas pemeriksaan bahan baku yang telah dibeli, apakah bahan baku tersebut memiliki kualitas yang bagus sehingga dapat diproses menjadi barang jadi yang berkualitas juga atau tidak. Fungsi ini bertugas untuk:
a. membongkar bahan baku yang masuk;
b. membandingkan jumlah yang diterima dengan daftar perusahaan pengapalan;
c. mencocokkan bahan baku yang diterima dengan deskripsi dalam pesanan pembelian;
d. membuat laporan penerimaan;
e. memberitahukan kepada fungsi pembelian atas perbedaan yang ditemukan;
f. mengatur pemeriksaan apabila diperlukan;
g. memberitahukan kepada fungsi pengantaran dan fungsi pembelian mengenai kerusakan selama perjalanan; dan
h. mengirimkan bahan baku yang diterima ke lokasi yang sesuai.

5. Fungsi akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab penuh atas pencatatan yang berhubungan dengan transaksi pembelian bahan baku, sehingga pihak perusahaan dapat memantau dan mengawasi pelaksanaan transaksi pembelian, terutama yang berkaitan dengan pembelian bahan baku.
Fungsi gudang melakukan permintaan pembelian terhadap fungsi pembelian. fungsi pembelian lalu melakukan transaksi permintaan dan penawaran harga terhadap pemasok dan melakukan order pembelian, setelah order disetujui, maka pemasok akan mengirim barang yang akan diterima oleh fungsi penerima. Setelah barang diterima, akan diperiksa apakah barang dari pemasok dalam kualitas yang baik atau tidak. Jika barang sudah dinyatakan berkualitas baik, maka fungsi penerima akan mengirimnya ke gudang untuk disimpan, kemudian, fungsi penerima akan membuat catatan laporan penerimaan barang, sedangkan faktur dari pemasok akan diterima oleh fungsi akuntansi.
2.1.5 Sistem Pengendalian Intern
Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) pengendalian intern adalah pengendalian yang meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan untuk menjaga kekayaan perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Tujuan dari adanya sistem pengendalian internal (Mulyadi, 2001:164) adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keamanan harta kekayaan milik organisasi
Tujuannya adalah untuk melindungi harta kekayaan milik organisasi dari kerugian yang disebabkan oleh adanya kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dalam transaksi penangan harta organisasi.
2. Memeriksa ketepatan dan kebenaran atau keandalan data akuntansi
Tujuannya untuk memastikan bahwa data akuntansi yang dimiliki oleh perusahaan adalah data yang tepat dan andal. Hal ini disebabkan perusahaan sangat membutuhkan data akuntansi yang tepat dan andal untuk mencerminkan kondisi sebenarnya dari perusahaan tersebut dan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.
3. Meningkatkan dan mendorong efisiensi operasi kegiatan
Dalam melaksanakan suatu kegiatan tentu perusahaan akan lebih mempertimbangkan efisiensi.
4. Mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan
Dalam melaksanakan suatu kegiatan, perusahaan harus berpegang teguh pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen.
Menurut tujuannya (Mulyadi, 2001:163), sistem pengendalian internal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pengendalian internal akuntansi (accounting control)
pengendalian ini meliputi struktur-struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data-data akuntansi, sehingga dapat menjamin kekayaan organisasi dan mendapat laporan keuangan yang dapat dipercaya.
2. Pengendalian internal administratif
Pengendalian ini meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal meliputi:
1. struktur organisasi;
2. metode-metode dan cara-cara yang terkoordinir;
3. ukuran-ukuran yang ditetapkan di dalam suatu perusahaan yang mempunyai tujuan.
2.1.6 Definisi Persediaan
Dalam perusahaan baik jasa, dagang, maupun manufaktur pembelian dilakukan terutama adalah untuk memenuhi kebutuhan persediaan, baik persediaan dagang maupun bahan baku Adapun pengertian dari persediaan menurut Henry Simamora adalah aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi atau dalam perjalanan, dalam bentuk bahan baku atau keperluan untuk dipakai dalam proses produksi atau penyerahan jasa.
Definisi ini berbeda dengan K. Fred Skousen, dkk persediaan adalah nama yang diberikan untuk barang-barang baik yang dibuat atau dibeli untuk dijual kembali dalam bisnis normal.
Definisi yang berbeda juga diungkapkan oleh Zaki Baridwan mengenai persediaan. Menurutnya persediaan adalah barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. Lain lagi menurut T. Hani Handoko yang menyatakan persediaan adalah suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi terhadap pemenuhan permintaan (T. Hani Handoko, 2000;333). Menurut Fien Zulfikariya persediaan adalah stock bahan baku yang digunakan untuk mefasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen (Fien Zulfikariya, 2005:4). Menurut PSAK persediaan adalah aktiva:
a. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
b. dalam proses produksi atau dalam perjalanan; dan,
c. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pembelian jasa (PSAK, 2005;14.1 s/d 14.2)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki dengan cara dibuat sendiri ataupun dibeli untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dijual.
2.1.7 Pembelian Persediaan Berdasarkan Pesanan
Pembelian yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat kelompokan menjadi dua, yaitu pembelian tanpa pesanan dan pembelian berdasarkan pesanan. Adapun yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pembelian bahan baku berdasarkan pesanan yaitu pemenuhan persediaan bahan baku dimana jumlah persediaan bahan baku tersebut ditentukan berdasarkan permintaan langsung customer kepada perusahaan.
Untuk memenuhi persediaan bahan baku tersebut, perusahaan harus mampu memperkirakan berapa pesanan dari customer dan apakah persediaan bahan baku yang ada di gudang masih mencukupi proses produksi atau tidak, maka perusahaan dapat menentukan persediaan bahan baku tersebut dengan menggunakan kuantitas pemesanan ekonomis (economic order quantity). Adapun yang dimaksud dengan kuantitas pemesanan ekonomis adalah jumlah persediaan yang dipesan pada suatu waktu sedemikian rupa sehingga meminimalkan biaya persediaan tahunan. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu biaya pemilikan (penyimpanan bahan baku) dan biaya perolehan (pemesanan) bahan baku. Dimana biaya penyimpanan seringkali dinyatakan sebagai persentase terhadap investasi rata-rata dalam persediaan karena kebanyakan biaya variabel umum adalah bunga atau biaya modal. Tetapi dalam kasus pergudangan atau penyimpanan hanya biaya yang bervariasi dengan perubahan dengan jumlah yang dipesan yang dimasukkan. Sulit untuk menentukan biaya akibat tidak cukupnya persediaan; tetapi biaya tersebut harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah pesanan dan titik relevan.
2.1.8. Pengendalian Pembelian Persediaan Bahan Baku
Pengendalian persediaan bahan baku dicapai melalui pengaturan fungsional, pembebanan tanggung jawab, dan bukti-bukti dokumenter. Untuk mencapai proses pengendalian bahan baku harus dimulai dari persetujuan anggaran penjualan dan produksi dan dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual dan dikirimkan ke gudang atau pelanggan.
Pengendalian persediaan akan beroperasi dengan baik apabila peningkatan atau penurunan dalam persediaan mengikuti pola yang ditentukan atau diperkirakan sebelumnya, di mana pola tersebut berkaitan erat dengan jadwal penjualan dan produksi. Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan yaitu:
1. menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien;
2. menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara finansial.
Adapun tujuan dari pengendalian bahan baku adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan pada waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat. Pengendalian persediaan bahan baku yang efektif sebaiknya adalah
1. menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu;
2. menyediakan cukup persediaan dalam periode di mana pasokan kecil dan mengantisipasi perubahan harga;
3. menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan melindungi bahan baku tersebut dari kerusakan;
4. meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebiha, atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku;
5. memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan;
6. menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada ditingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana-rencana manajemen.
Metode pengendalian bahan baku berbeda dalam hal pemeliharaan dan biaya yang dikeluarkan. Secara umum ada tiga metode pengendalian bahan baku yang dipakai oleh perusahaan, yaitu:
1. Metode siklus pesanan
Merupakan metode di mana bahan baku diperiksa secara periodik status jumlah bahan baku yang tersedia untuk setiap iem atau kelas. Waktu pemeriksaan bahan baku ini berbeda antar perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Metode pengendalian bahan baku dengan metode pesanan ini yang akan dibahas lebih lanjut di dalam penelitian ini.
2. Metode minimum-maksimum
Metode ini didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah dari sebagian besar item persediaan berada pada kisaran batas tertentu. Tingkat minimum sudah memasukkan margin pengaman yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kehabisan persediaan selama siklus pemesanan kembali tingkat minimum menjadi titik pemesanan, dan jumlah pesanan adalah selisih antara tingkat maksimum dengan tingkat minimum. Metode ini didasarkan pada observasi fisik, bahwa titik pemesanan telah dicapai diilustrasikan oleh metode dua tempat. Di mana dalam metode ini setiap item persediaan disimpan dalam dua tempat, kumpulan, atau tumpukan. Tempat pertama berisi persediaan yang mencukupi untuk memenuhi penggunaan yang terjadi selama periode waktu antara penerimaan suatu pesana dengan penempatan pesanan berikutnya, dan tempat kedua berisi jumlah normal yang digunakan dari tanggal pemesanan sampai dengan tanggal pengantaran plus persediaan pengaman.
3. Metode just-in-time
Metode ini merupaka filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan. JIT berusaha mengurangi persediaan, adapun tujuan mengurangi persediaan ke titik nol.

Kajian Penelitian Sejenis
Penelitian mengenai Analisis sistem pengendalian akuntansi pembelian terhadap persediaan bahan baku ini pernah diteliti oleh Ika Lasmana Dewi (2020352) dari Universitas Gunadarma dengan judul Sistem Akuntansi Pembelian Bahan Baku Tunai pada PT. Vigano Cipta Perdana di mana perusahaan ini merupakan industri sepatu dan sandal dan juga Sugiarti (3351303056) dari Universitas Negri Semarang dengan judul Sistem Akuntansi Pembelian Bahan Baku pada CV. Aneka Ilmu Semarang di mana perusahaan ini mengolah kertas menjadi buku, sudah cukup menjelaskan mengenai sistem pengendalian akuntansi pembelian apalagi mereka menggambarkan dengan menggunakan flow chart (bagan alir) dari sistem pengendalian akuntansi pembelian.
Sedangkan mengenai persediaan bahan baku, peneliti mengambil kajian dari Mudrichah (3351302619) dari Universitas Negri Semarang dengan judul Sistem Akuntansi Persediaan Bahan Baku pada PT. Sinar Lendoh Terang Ambarawa di mana perusahaan ini merupakan perusahaan yang membuat aneka ragam kerajinan tangan dari kuningan, dalam penelitian ini Mudrichah telah menjelaskan dengan baik pengendalian persediaan dan bagaimana sistem pengendalian persediaan tersebut diterapkan dalam PT. Sinar Lendoh Terang Ambarawa.













BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT. Wira Tulada Perkasa di Jalan Narogong, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Adapun PT. Wira Tulada Perkasa bergerak dibidang pengolahan besi menjadi onderdil motor. Perusahaan ini bergerak di penjualan pesanan, sehingga semua pembelian bahan baku didasarkan pada pesanan dari customer.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. studi pustaka
di mana peneliti akan mencari melalui buku-buku untuk memperkuat teori dan analisis yang dibutuhkan;
b. studi lapangan
dalam studi ini peneliti akan mencoba mengamati secara langsung objek penelitian di jalan Narogong, Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknil pengumpulan data yang dgunakan untuk memperoleh data yang berguna untuk penelitian adalah:
a. wawancara
teknik ini akan dilakukan oleh peneliti guna mencari tahu lebih dalam mengenai PT. Wira Tulada Perkasa. Peneliti akan mewawancarai staf atau karyawan yang bertugas di bagian-bagian yang diperlukan dala penelitian ini, misalnya bagian gudang, bagian penerimaan, bagian produksi, dan bagian pembelian.
b. observasi
teknik ini merupakan salah satu teknik yang mengamati secara langsung proses pengendalian pembelian dan persediaan bahan baku yang terjadi di PT. Wira Tulada Perkasa.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Peneliti akan menggunakan pengolahan data deskripsi kualitatif yaitu pengolahan data yang tidak didasarkan pada penghitungan statistik, karena penelitian ini merupakan aplikasi teori yang sudah ada. Dengan kata lain, peneliti hanya menganalisis bagaimana teori tersebut diterapkan dalam lingkungan kerja.










Daftar Pustaka
A. Hall, James. Sistem Informasi Akuntansi.Jakarta:Salemba Empat
Alimisyah dan Padji.Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan.Bandung:Yrama Widya, 2003
Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting.Yogyakarta:BPFE UGM, 2000
Ermayanti, Dwie, Jurnal “Sistem Pengendalian Intern Pembelian”, 2009 (http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/13/sistem-pengendalian-intern-pembelian/)
Jusuf, Haryono AL.Dasar-dasar Akuntansi.Yogyakarta: STIE YKPN, 2001
Mulyadi. Akuntansi Biaya.Yogyakarta: Aditya Mega, 2000
Mulyadi. Sistem Akuntansi.Jakarta:Salemba Empat, 2001
Narko.Sistem Akuntansi cetakan ke-4.Yogyakarta:Yayasan Pusaka Nusatama, 2004
Win Wahyu Winarno.Sistem Informasi Akuntansi Ed.2.Yogya:Andi, 2006
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0165/16484a14.dir/doc.pdf
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01e4.dir/doc.pdf
http://www.pdfqueen.com/html/aHR0cDovL2Rvc2VuLmFtaWtvbS5hYy5pZC9kb3dubG9hZHMvbWF0ZXJpL01vZHVsXzFfcGRmLnBkZg
Supriyono, R.A. Akuntansi Biaya.Yogyakarta:BPFE UGM, 1999
T. Hani Handoko. Dasar-dasar Manajemen Produksi cetakan ke-13.Yogyakarta:BPFE, 2000
Zulfikariyah, Fien. Manajemen Persediaan ed. 1.Malang:Universitas Muhammadiyah, 2005